
ICONEWSMEDIA.COM – Serangan virus ransomware pernah terjadi secara masif dan mengglobal, ransomware menyerang berbagai negara, termasuk Indonesia, Inggris, hingga Rusia yang terkenal dengan keamanan siber tingkat tinggi. Tak luput rumah sakit pun menjadi sasaran serangan virus ini. Ransomware adalah salah satu virus yang memblokir seluruh data-data dalam satu sistem yang menggunakan windows. Sekali saja ransomware menyerang perangkat komputer, maka seluruh data dalam perangkat itu tak bisa diakses. Para pelaku kejahatan ini mengirimkan pesan, meminta sejumlah tebusan agar blokir atas sejumlah data dibuka. Para pelaku kejahatab memberikan batas waktu untuk memberikan tembusan tersebut. Jika melewati batas waktu yang ditentukan, maka uang tebusan yang harus dibayar menjadi berlipat. Pembayaran tebusan dilakukan menggunakan bitcoin, para penjahat memberikan alamat pembayaran bitcoin.
salah satu pendiri Elliptic menemukan setidaknya ada tiga alamat bitcoin yang digunakan dalam serangan di seluruh dunia. Elliptic adalah sebuah perusahaan yang mengidentifikasi aktivitas kejahatan terkait bitcoin di Amerika dan Inggris. Laporan dari pendiri eliptic ketiga alamat ini telah menerima 8,2 bitcoin, yaitu sekitar $14.000 dolar, dan semua bitcoin tersebut masih berada di alamat tersebut.
Meskipun ketiga alamat tersebut telah ditemukan, tetapi tidak bisa melacak siapa pemiliknya. Karena transaksi di bitcoin memang anonim dan transaksi bitcoin berbeda dengan transaksi di bank yang mencatat semua identitas nasabah dan transaksi yang mereka lakukan.
Transaksi dengan n bitcoin tidak bisa dibatalkan atau ditarik kembali oleh pemiliknya. Sehingga sekali pembayaran dilakukan atau bitcoin dialihkan ke alamat berbeda maka sudah selesai. Tidak ada satu pihak pun yang dapat mengembalikan bitcoin kepada pemiliknya. Hal ini menjadi kelebihan serta kekurangan bitcoin. Hal ini memberi celah bagi para penjahat siber untuk mencuri bitcoin dari pengguna lain atau menggunakan bitcoin sebagai mata uang pembayaran kejahatan dan salah satunya ialah ransomware.
Sebab identitas pemilik yang tak bisa dilacak, bitcoin menjadi idola para penjahat di dunia maya. Kejahatan yang terjadi dengan menyalah gunakan bitcoin bukan hanya pencurian bitcoin itu sendiri, tetapi kejahatan lain seperti penjualan narkoba, pendanaan teroris hingga pencucian uang.
Kejahatan siber terkait dengan penyalahgunaan bitcoin pernah membuat salah satu perusahaan bitcoin exchange di Jepang bernama Mt.Gox bangkrut.
Mt. Gox yang didirikan tahun 2010 kemudian pada tahun 2013 menangani 70 persen dari seluruh transaksi bitcoin. Dan di tahun 2014, Mt. Gox menghentikan perdagangan, menutup perusahaan dan layanan penukaran. Perusahaan mengajukan kepailitan karena mereka kehilangan 850.000 bitcoin atau setara $450 juta yang seharusnya milik pelanggan. Kasusnya ialah hampir seluruh bitcoin dicuri langsung dari Mt. Gox sedikit demi sedikit sejak 2011.
Tak hanya itu penyalahgunaan bitcoin juga dilakukan untuk transaksi narkoba secara online di Silk Road. Situs tersebut menjual berbagai narkotika, seperti ganja dan heroin. Silk Road tidak bisa ditemukan melalui mesin pencari seperti Google hanya bisa dibuka melalui perangkat lunak bernama The Onion Router (TOR). Dengan perangkat lunak ini pengguna dapat berselancar secara anonim, tanpa bisa dilacak oleh pihak ketiga.
Internet telah berkembang bisa memberikan dalam banyak hal, namun ini adalah ruang yang sangat tidak diatur dan memberi para penjahat kesempatan besar untuk membangun ekonomi di tempat yang gelap. Para penjahat siber semakin merajalela dan terus memakan korbannya. Pembayaran melalui bitcoin, membuat para penjahat sulit sekali dilacak.